MANOKWARI—Pemerintah Provinsi Papua Barat menyiapkan
67 sarjana Peternakan sebagai fasilitator bagi usaha peternakan Sapi di
beberapa wilayah. Upaya ini dilakukan untuk dapat mewujudkan rencana
Papua Barat sebagai sentra sapi potong di kawasan Indonesia timur.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pertanian, Peternakan, dan Ketahanan Pangan Papua Barat, Harry T. Uhi, kepada wartawan kemarin di ruang kerjanya.
Dia lebih lanjut mengatakan, 67 sarjana peternakan itu tugasnya akan membimbing peternak, mulai dari perencanaan usaha hingga pembudidayaannya. Mereka akan diterjunkan ke kampung-kampung untuk membantu peternak. Para sarjana akan membantu kelompok peternak menyusun rencana usaha kerja budidaya sapi potong. “Sudah ada beberapa sarjana peternakan yang kami dapat. Diprioritaskan sarjana peternakan dari universitas di Papua dan yang sudah tinggal di Papua. Sebab, kegiatan ini tujuannya adalah pemberdayaan masyarakat,” katanya.
Dikatakan, mereka akan tinggal dan membaur di kampung kelompok peternak yang menjadi binaan mereka, mencari dan membangun solusi yang pas pembudidayaan sapi potong di Papua Barat. Mereka juga akan membantu peternak menyiapkan ladang (ranch) dan sumber minum ternak.
Satu orang sarjana membina satu kelompok peternak sehingga ada 67 kelompok peternak yang tersebar di tiga daerah, yakni Bomberay di Fakfak, Kebar di Manokwari, dan Salawati di Sorong. Sedikitnya 600 penduduk asli Papua akan diberdayakan menjadi peternak.
Harry menjelaskan, kehadiran para sarjana sangat penting karena selama ini warga dan peternak sapi di Papua kurang tepat proses pembudidayaan ternaknya. Sebab, Pemprov Papua Barat menargetkan daerahnya menjadi sentra agrobisnis sapi potong di kawasan Indonesia timur. Ia juga menambahkan, pemerintah pusat menyiapkan dana sebanyak 50 miliar rupiah untuk program pengembangan budidaya sapi potong di Papua Barat. 33,8 miliar rupiah dialokasikan untuk memfasilitasi para sarjana peternakan membina peternak dan menyiapkan kebutuhan ranch. Maka sarjana dan kelompoknya akan memperoleh 500 juta rupiah untuk mulai membudidayakan sapi potong. Sisa 23 miliar rupiah dialokasikan untuk pemberdayaan kelompok ternak, layanan fungsi teknis, pembibitan, dan kesehatan hewan.
Pemerintah juga memberi kesempatan kepada lembaga keagamaan ikut membudidayakan sapi potong, yang dananya disiapkan senilai Rp. 2 miliar rupiah. Besaran dana itu dibutuhkan karena model pembudidayaan yang digunakan adalah ranch, bukan kandang-kandang seperti peternak sapi di daerah Jawa. Ranch dinilai lebih tepat dan efisien sebab luas lahan padang rumput yang sudah siap untuk tempat budidaya mencapai 75.000 hektar. Ditargetkan, tiap hektar bisa diisi 1 sampai 2 ekor sapi, sehingga dalam 2 tahun ke depan, minimal ada 75.000 ekor sapi di Papua Barat.(cr-30/roy/l03)
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pertanian, Peternakan, dan Ketahanan Pangan Papua Barat, Harry T. Uhi, kepada wartawan kemarin di ruang kerjanya.
Dia lebih lanjut mengatakan, 67 sarjana peternakan itu tugasnya akan membimbing peternak, mulai dari perencanaan usaha hingga pembudidayaannya. Mereka akan diterjunkan ke kampung-kampung untuk membantu peternak. Para sarjana akan membantu kelompok peternak menyusun rencana usaha kerja budidaya sapi potong. “Sudah ada beberapa sarjana peternakan yang kami dapat. Diprioritaskan sarjana peternakan dari universitas di Papua dan yang sudah tinggal di Papua. Sebab, kegiatan ini tujuannya adalah pemberdayaan masyarakat,” katanya.
Dikatakan, mereka akan tinggal dan membaur di kampung kelompok peternak yang menjadi binaan mereka, mencari dan membangun solusi yang pas pembudidayaan sapi potong di Papua Barat. Mereka juga akan membantu peternak menyiapkan ladang (ranch) dan sumber minum ternak.
Satu orang sarjana membina satu kelompok peternak sehingga ada 67 kelompok peternak yang tersebar di tiga daerah, yakni Bomberay di Fakfak, Kebar di Manokwari, dan Salawati di Sorong. Sedikitnya 600 penduduk asli Papua akan diberdayakan menjadi peternak.
Harry menjelaskan, kehadiran para sarjana sangat penting karena selama ini warga dan peternak sapi di Papua kurang tepat proses pembudidayaan ternaknya. Sebab, Pemprov Papua Barat menargetkan daerahnya menjadi sentra agrobisnis sapi potong di kawasan Indonesia timur. Ia juga menambahkan, pemerintah pusat menyiapkan dana sebanyak 50 miliar rupiah untuk program pengembangan budidaya sapi potong di Papua Barat. 33,8 miliar rupiah dialokasikan untuk memfasilitasi para sarjana peternakan membina peternak dan menyiapkan kebutuhan ranch. Maka sarjana dan kelompoknya akan memperoleh 500 juta rupiah untuk mulai membudidayakan sapi potong. Sisa 23 miliar rupiah dialokasikan untuk pemberdayaan kelompok ternak, layanan fungsi teknis, pembibitan, dan kesehatan hewan.
Pemerintah juga memberi kesempatan kepada lembaga keagamaan ikut membudidayakan sapi potong, yang dananya disiapkan senilai Rp. 2 miliar rupiah. Besaran dana itu dibutuhkan karena model pembudidayaan yang digunakan adalah ranch, bukan kandang-kandang seperti peternak sapi di daerah Jawa. Ranch dinilai lebih tepat dan efisien sebab luas lahan padang rumput yang sudah siap untuk tempat budidaya mencapai 75.000 hektar. Ditargetkan, tiap hektar bisa diisi 1 sampai 2 ekor sapi, sehingga dalam 2 tahun ke depan, minimal ada 75.000 ekor sapi di Papua Barat.(cr-30/roy/l03)